Monday, September 15, 2014

~~*~~ KITAB ARBAIN AN-NAWAWI #9 Bag 1~~*~~

��Etika Bertanya✏

Bertanya merupakan aktifitas yang biasa dan sering dilakukan manusia dalam kehidupan.

Rasanya tidak ada seorang pun manusia yang bisa menghindarkan dirinya dari bertanya.

Sebaliknya, setiap manusia pasti pernah bertanya semasa hidupnya.

Rasanya, tidak ada seorang pun manusia yang mengetahui segala perkara. Sebaliknya banyak hal yang tidak diketahuinya.

Karena memang tidak ada manusia yang sempurna.

Sebaliknya manusia adalah makhluk yang penuh kekurangan dan keterbatasan.

Allah Maha Tahu akan keterbatasan hambaNya.

Karena itu الله memerintahkan hambaNya untuk bertanya, jika tidak mengetahui sesuatu perkara.

فسئلوآ اهل الذكران كنتم لاتعلمون.

"...Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui".
(Q.S. Al Anbiya':7).

Tapi, hati-hatilah dengan kebiasaan bertanya.

Sebab bertanya ada yang sifatnya positif ada juga yang negatif.

Ada bertanya yang dibolehkan tetapi ada juga bertanya yang dilarang.

Ada bertanya yang mendatangkan pahala, tetapi ada juga bertanya yang mendatang dosa.

Ada bertanya yang menyelamatkan, tetapi ada juga bertanya yang membinasakan.

Jika seseorang bertanya tentang sesuatu ilmu untuk diamalkan bukan untuk perdebatan maka itu dibolehkan.

Jika seseorang bertanya tentang sesuatu kepentingan tertentu atau solusi dari suatu permasalahan yang menimpanya maka itu tidak mengapa.

Namun jika seseorang bertanya hanya sekedar untuk sebuah perdebatan.

Atau bertanya dengan tujuan untuk mengejek atau menjatuhkan.

Atau bertanya tentang sesuatu perkara yang dilarang atasnya.

Begitu pun bertanya tentang sesuatu yang jika jawab justru malah memberatkan.

Maka semua pertanyaan itu tidak dibolehkan.

Pertanyaan - pertanyaan seperti itu bukan mendatangkan kemanfaatan, tetapi malah menyusahkan.

Begitulah الله mengingatkan:

يآيهاالذين آمنوا لاتسئلوا عن أشيآء إن تبدلكم تسؤكم...
"Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu bertanya perkara-perkara yang jika diterangkan kepadamu, akan menyusahkan kamu..."
(QS. Al Maidah:101).

Bahkan secara lebih tegas Rasulullah saw mengingatkan, kebiasaan terlalu banyak bertanya dengan pertanyaan yang tidak ada gunanya justru akan menyebabkab kebinasaan.

...فإنما أهلك الذين من قبلكم كثرة مسآئلهم واختلافهم علي أنبيآئهم.

"...Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kamu adalah karena banyaknya pertanyaan mereka dan penentangan mereka terhadap Nabi-Nabi mereka".
(HR. Bukhari & Muslim).

��Pelajaran dari hadits ke sembilan. Kitab Arbain An Nawawi.

#semoga bermanfaat.

Thursday, September 4, 2014

~~*~~ KITAB ARBAIN AN-NAWAWI #8 ~~*~~

   Penyambung Warisan

Hati ini tiba-tiba tersentak...mata pun jadi terbelalak..jiwa ini serasa bergejolak....

Bagaimana tidak...?

Meski sudah berulang kali membacanya....bahkan hingga mampu menghafalnya ..

Namun serasa ada sesuatu yang berbeda...

Serasa mendengar sendiri Nabi saw bersabda, melafadzkan kata-kata agung yang penuh makna:

أمرت ان أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلاالله وان محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا ذالك عصموامني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله تعالى.

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain الله dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan solat dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada الله swt.
(HR. Bukhari & Muslim).

Mustafa al Bugha, menjelaskan bahwa hadits tersebut sangat mulia dan luar biasa, karena di dalamnya mengandung perkara-perkara yang penting dan mendasar dalam Islam, berupa syahadah, solat dan zakat.

Hadits tersebut juga mengajarkan tentang kesucian dan kemuliaan seorang Muslim.

Ketika seseorang telah berikrar, menyatakan dirinya sebagai Muslim dengan melafadzkan dua kalimah syahadah kemudian berkomitmen untuk melaksanakan ajaran Islam yakni solat dan zakat, mak jiwa dan hartanya wajib dilindungi.

Maka para ulamak telah sepakat bahwa haram hukumnya membunuh seorang Muslim, kecuali dengan alasan-alasan tertentu yang dibenarkan syariat.

Sejenak marilah kita renungkan hadits tersebut.

Bayangkan seandainya Rasulullah ada di depan kita, lantas beliau mengucapkan sabdanya yang mulia itu...

أمرت ان أقاتل الناس حتى يشهد ان لا إله الا الله....

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain الله......"

Subhanallah betapa dasyatnya kata-kata itu....

Betapa hebatnya kalimat itu..

Jangan lantas dipahami hadits tersebut membenarkan statement bahwa Islam itu disebarkan dengan pedang.

Jangan lantas dipahami bahwa Islam membenarkan kekerasan dan membolehkan pembunuhan secara sewenang-wenang, seperti
yang diyakini dan diamalkan oleh sebagian orang.

Marilah kita coba menangkap, pesan tersurat dan tersirat dari hadits yang mulia itu.

Betapa bersemangatnya Rasulullah dalam mendakwahkan agama ini.

Betapa sungguh-sungguhnya Baginda dalam menyebarkan agama ini.

Betapa gigihnya Beliau berjuang untuk menegakkan kalimat لله.

Beliau ingin menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia.

Hingga tidak ada seorangpun manusia, melainkan mereka akan menyatakan :

الشهد ان لا إله الا الله و الشهد ان محمدارسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة...

Lalu bagaimana dengan kita?

Sudahkah mengikuti jejak mulia Rasulullah?

Sudahkah kita meneruskan tugas mulia Rasulullah?

Sudahkah kita mendakwahkan Islam ini kepada setiap manusia?

Bukankah kita mengaku sebagai umatnya?

Bukankah kita berikrar ingin mengikuti sunnahnya?

Bukankah kita para pewaris risalah kenabian? Bukankah kita para penyambung warisan?

Bukankah masih banyak manusia yang belum bersedia menyatakan

الشهد ان لا إله الاالله... والشهد ان محمدارسول الله
disekitar kita?

Apakah hanya karena alasan toleransi. Karena takut melanggar hak-hak asasi, lantas kita menahan lisan kita untuk mendakwahkan agama ini?

Bahkan yang sudah mengucapkan

الشهد ان لا إله الاالله.... والشهد ان محمدارسول الله
masih banyak diantara mereka yang belum

... يقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة...

Bukankah masih begitu banyak, manusia-manusia seperti itu di sekitar kita...?

Sudahkah kita sampaikan pesan-pesan dakwah ini kepada mereka semua.......?

��Pelajaran dari hadits kedelapan Kitab Arbain An Nawawi.

#Semoga bermanfaat.

Tuesday, September 2, 2014

~~*~~ KITAB ARBAIN AN-NAWAWI #7 ~~*~~

��No one is perfect in the world��

Tak ada seorangpun manusia yang sempurna di dunia ini.

Sehebat apapun seseorang.

Setinggi manapun taraf pendidikannya.

Sebanyak manapun gelar akademiknya.

Semulia apapun status sosialnya.

Sekalipun dirinya pejabat ataupun konglomerat...

Apalagi hanya sekedar rakyat jelata dan melarat....

Selagi masih bergelar manusia, maka yakinlah pasti ada titik celah kekurangan dan kelemahannya.

Karena sudah menjadi fitrahnya manusia, tidak akan pernah terlepas dari alpa dan lupa.

Sebagaimana pepatah Arab mengatakan:

الإنسان محل الخطاء والنسيان

"Manusia itu tempatnya salah dan lupa".

Karena itu setiap kita perlukan nasehat.

Untuk menutupi celah-celah kita.

Untuk melengkapi kekurangan kita.

Sebanyak manapun kesalahan kita.

Sebanyak manapun kelemahan kita.

Selagi masih mau menerima nasehat,        إن شا الله masih ada peluang untuk selamat.

Sedangkan siapa saja diantara manusia, yang sudah tidak mau mendengar nasehat, maka bersiap-siaplah untuk tersesat.

Begitulah pentingnya nasehat. Karena itu kita menjadi paham, mengapa Rasulullah saw sangat menekankan nasehat.

Bahkan Baginda mengatakan bahwa agama itu sendiri adalah nasehat.

الدين النصيحة. قلنا لمن؟ قال: لله، و لكتابه، و لرسوله، ولأءمة المسلمين وعامتهم

"Agama itu adalah nasehat. Kami bertanya: "Untuk siapa?" Baginda menjawab : "Untuk الله, untuk kitabNya, untuk RasulNya, untuk pemimpin kaum Muslimun dan rakyatnya."
(HR. Bukhari & Muslim).

Ketika mengometari hadits tersebut, Mustafa al Bugha mengatakan Hadits tersebut memang singkat, tetapi padat. Ia mencakupi makna yang padat dan faedah yang mulia, sehingga aku melihat semua hukum syara', baik yang pokok maupun cabang terdapat padanya.

��Pelajaran dari hadits ketujuh Kitab Arbain An Nawawi.

#Semoga bermanfaat. Mohon nasehatnya, jika ada yang kurang...

~~*~~ KITAB ARBAIN AN-NAWAWI #6 ~~*~~

Makanan Adalah Benih Perbuatan

Berhati-hatilah dengan makanan yang kita makan.

Makanan yang kita makan sangat besar pengaruhnya terhadap amal perbuatan kita.

Makanan yang kita makan akan turut membentuk, sifat, karakter dan kepribadian kita.

Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang halal akan menyebabkan seseorang mempunyai sifat dan prilaku yang baik, serta terbiasa melakukan perbuatan yang baik.

Sedangkan kebaikan dapat menghantarkan seseorang ke syurga.

Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang haram, akan menyebabkan seseorang mempunyai sifat dan karakter yang buruk, serta terbiasa melakukan keburukan.

Sedangkan keburukan bisa menghantarkan seseorang ke neraka.

Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang meragukan (subhat) akan menyebabkan kegelisahan, jiwa tidak tenang dan perasaan was-was.

Sedangkan was-was berasal dari syetan. Sementara syetan selalu mengajak kepada kejahatan.

Dan kejahatan dapat mengantarkan seseorang ke neraka.

Karena itu kita menjadi faham mengapa الله memerintahkan kita untuk selalu makan makanan yang halal.

يآايهاالناس كلواممافي الأرض حللا طيبا ولا تتبعوا خطوات الشيطان انه لكم عدومبين

"Wahai sekalian manusia. Makankah dari (makanan) yang halal dan yang baik  yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syetan. Sungguh syetan itu musuh yang nyata bagimu.
(QS Al Baqarah: 168).

Maka, pastikan diri kita senantiasa mengkonsumsi makanan yang halal.

Tinggalkan segala sesuatu yang haram, demikian pula yang subhat atau meragukan.

"Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang subhat, yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barang siapa yang takut terhadap yang subhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan barang siapa tejerumus ke dalam perkara subhat maka dia akan terjerumus ke dalam perkara yang diharamkan."
(HR. Bukhari & Muslim).

#Pelajaran dari hadits keenam, Kitab Arbain An Nawawi.

~~*~~ KITAB ARBAIN AN-NAWAWI #5 ~~*~~

Agama Itu Ittiba' Bukan Mubtada'

Sesungguhnya ajaran Islam itu sudah lengkap, maka tidak perlu penambahan lagi.

Sesungguhnya ajaran Islam itu sudah sempurna, maka tidak ada kekurangan sedikitpun di dalamnya.

Kelengkapan dan kesempurnaan Islam itu, sudah secara tegas dinyatakan sendiri oleh الله sebagaimana disebutkan dalam firmanNya yang mulia:

اليوم اكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسلام دينا

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu...."
(QS Al Maidah:3)

Karena ajaran Islam itu sudah lengkap dan sempurna, maka tidak perlu lagi adanya penambahan-penambahan di dalamnya.

Segala bentuk penambahan (dalam hal ibadah) adalah dilarang dalam Islam.

Karena memang hakikat dari agama itu sendiri adalah ittiba' (ikutan) bukan mubtada' (penambahan).

Karena itulah kita menjadi faham, hadits Rasulullah saw:

من احدث في امرنا هذا ما ليس منه فهو رد

"Siapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya, maka ia tertolak."
(HR. Bukhari & Muslim).

Kita juga menjadi faham, mengapa para ulama mengajarkan kepada kita bahwa syarat diterimanya suatu amal itu ada dua:

Pertama, اخلاص النيات (niat yang ikhlas).

Kedua, اتباع الرسول (mengikuti Rasulullah).

Suatu amal ibadah akan diterima jika disertai dengan niat yang ikhlas.

Namun, ikhlas saja ternyata belum cukup. Selain ikhlas, ibadah yang dilakukan harus mengikuti apa yang telah dicontohkan Rasulullah saw.

Tanpa dua syarat itu maka ibadah tidak akan diterima dan hanya sia-sia belaka.

Wallahu a'lam bish shawwab.

#Pelajaran dari hadits kelima, Kitab Arbain An Nawawi.

~~*~~ KITAB ARBAIN AN-NAWAWI #4 ~~*~~

Manusia Diciptakan Dalam 7 Tahapan

Pernahkah kita berfikir tentang penciptaan diri kita?

Pernahkah kita merenungkan betapa hebatnya  dan betapa telitinya Allah swt menciptakan diri kita?

Jika belum, maka cobalah. Diamlah sejenak, lihatlah diri sendiri, perhatikan, fikirkanlah dan renungkanlah... sehingga kita dapat mengenal diri sendiri.

Sungguh, siapa yang dapat mengenal dirinya, niscaya dia akan dapat mengenal Tuhannya.

"Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu"

Subhanallah, ternyata manusia dicipta dalam 7 tahapan.

Tahap pertama, manusia diciptakan dalam bentuk  sari pati tanah (sulalatin min thien).

Tahap kedua, dalam bentuk nuthfah (air mani).

Tahap ketiga berupa 'alaqah (sehumpal darah).

Tahap keempat dalam mudghah (segumpal daging).

Tahap kelima dalam bentuk 'idhama (tulang-belulang).

Tahap keenam, tulang-belulang itu dibungkus dengan daging (lahma).

Tahap ketujuh, lantas manusia dijadikan makhluk yang mempunyai bentuk.

Ibn Abbas, mengatakan bahwa manusia diciptakan melalui 7 tahapan. Lantas beliau membaca surah al Ghaafir 12-14.

Mungkin kita bertanya. Mengapa Allah mencipta manusia melalui tahapan - tahapan itu? Bukankah Allah Maha Kuasa atas segalanya?

Bukankah Allah Mampu mencipta sesuatu hanya dalam satu kata saja?

Hanya dengan berfirman "kun" (jadilah). Maka "fayakun" (maka akan jadilah) apa yang dikehendakiNya.

Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari penciptaan manusia secara bertahap.

Pertama, Allah ingin mengajarkan kepada kita tentang sunnahNya.

Bahwa segala sesuatu dialam ini dicipta melalui suatu proses. Serta ada sebab musabab yang mendahului serta mengikutinya.

Hikmah kedua memberikan pengajaran kepada kita, agar kita lebih berhati-hati dalam melakukan segala urusan kita.
Jangan tergopoh-gopoh dan terburu-buru.

Segala sesuatu hendaklah dilakukan secara teliti, hati-hati, secara bertahap, sistematis dan disertai perencanaan yang matang..

#syarah hadits keempat, kitab Arba'in an Nawawi

Monday, September 1, 2014

~~*~~ KITAB ARBAIN AN-NAWAWI #3 ~~*~~

��Perbaiki & Kokohkan Bangunan Agamamu..

Bangunan atau dalam bahasa Arab disebut البناء atau dalam bahasa Inggeris building merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan manusia.

Kehidupan manusia dikelilingi oleh bangunan.

Bahkan manusia tinggal di dalam bangunan itu sendiri.

Rumah dimana kita tinggal adalah bangunan.

Kantor atau pabrik tempat kita bekerja adalah bangunan.

Pejabat-pejabat baik  negeri  atau swasta adalah  bangunan.
Begitu dekatnya bangunan dengan kehidupan manusia, bahkan seringkali bangunan dijadikan simbol kemegahan.

Maka dipilihkah bangunan-bangunan yang paling megah di dunia.

Ketahuilah semua itu adalah bangunan yang bersifat fisik atau bangunan duniawi.

Pernahkah kita berfikir hubungan antara bangunan dengan agama kita Islam?

Subhanallah, ternyata Rasulullah saw mengidentikkan Islam itu dengan sebuah bangunan.

Mungkin ada diantara kita yang bertanya, mengapa Rasulullah mengibaratkan Islam itu umpama bangunan?

Paling tidak ada dua alasan, yang pertama untuk menunjukkan bahwa Islam ini adalah agama yang sangat dekat dengan manusia.

Islam sangat susah dipisahkan dengan kehidupan manusia, sebagaimana manusia sukar dipisahkan dari bangunan.

Islam adalah agama yang sangat sesuai dengan fitrah manusia.

Kedua, pengumpamaan islam sebagai bangun boleh jadi bertujuan agar Islam ini mudah dipahami oleh manusia.

Ya mudah. Semudah manusia menggambarkan dan mendefinisikan bangunan.

Tentu setiap kita memahami,  bahwa sebuah bangunan terdiri dari berbagai komponon di dalamnya untuk membolehkannya menjadi bangunan yang sempurna dan dapat berdiri secara kokoh.

Di dalam bangunan ada pondisi yang menopangnya, ada tiang yang menyangganya, ada atap yang menaunginya dan ada komponen-komponen lain yang menjadikan bangunan itu berdiri kokoh dan sempurna.

Demikian pula  agama Islam ini. Ada beberapa komponen dasar atau pilar-pilar yang menjadikan Islam tampak sempurna dan Indah.

Rasulullah saw  menjelaskan kepada kita semua, melalui  sabdanya  yang mulia:

بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله و إقام الصلاة و إيتاء الزكاة وحج البيت وصوم الرمضان

"Islam ditegakkan diatas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain الله dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan الله, mendirikan solat, menunaikan zakat, melakukan haji dan berpuasa (pada bulan) Ramadhan."
(HR. Tirmmidzi & Muslim).

Rasulullah saw sebutkan bahwa pilar-pilar Islam itu ada 5:

Pertama syahadah, baik syahadah tauhid maupun syahadah rasul.

Kedua, mendirikan solat, yakni memelihara solat dan menunaikannya tepat pada waktunya. Menyempurnakan syarat, rukun dan sunnah-sunnahnya.

Ketiga, mengeluarkan zakat, sebagai bentuk ibadah maaliyah (ibadah harta).

Keempat, mengerjakan haji ke baitullah.

Kelima, puasa di bulan Ramadhan.

Kelima pilar itu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain.

Syahadah tidak bisa dipisahkan dengan solat. Begitupun dengan puasa, zakat dan haji. Sebagaimana, pondasi tidak mungkin dipisahkan dari tiang dan atap dalam suatu bangunan.

Siapa yang melaksanakan semua pilar-pilar Islam itu maka sungguh dia telah menjadi seorang Muslim yang mempunyai keimanan yang kokoh.

Itulah bangunan Islam, tetapi sayang, banyak orang sibuk memperbaiki dan memperkokoh bangunan duniawinya.

Namun sayang, tidak banyak yang menyibukkan diri untuk memperbaiki dan memperkokoh bangunan agamanya....

So tunggu apalagi...let's go for building our dien....

��Pelajaran dari hadits ketiga Kitab Arbain An Nawawi.

#semoga bermanfaat.

~~*~~ KITAB ARBAIN AN-NAWAWI #2 ~~*~~

Etika Menjawab Pertanyaan

Jika seseorang bertanyakan sesuatu kepadamu, maka jawablah pertanyaan itu sekiranya dirimu betul-betul memahami dan merasa mampu untuk menjawabnya secara tepat.

Namun jika dirimu ragu, atau apalagi tidak tahu jawapan dari pertanyaan itu. Maka akuilah ketidaktahuanmu itu secara jujur dan apa adanya. Jangan sampai rasa malu serta gensi memaksamu untuk menjawab pertanyaan itu karena  ingin menutupi ketidaktahuanmu.

Begitulah Rasulullah yang mulia mengajarkan tentang etika menjawab pertanyaan.

Ketika Jibril datang bertanyakan tentang Islam maka baginda menjawabnya secara lengkap.

Begitupun ketika Jibril bertanyakan tentang iman dan ihsan, baginda menjawabnya secara tepat.

Namun, ketika Jibril bertanyakan tentang hari kiamat...

Maka dengan jujur baginda mengakui ketidaktahuannya. Baginda pun bersabda:

"Mal masulu bia'lama minas saail" (Tidaklah yang ditanya lebih mengetahui dibanding yang bertanya).

Lantas, Jibril mengalihkan pertanyaannya, meminta baginda menyebutkan tanda-tandanya.

Maka Rasulullahpun menjawabnya dengan sempurna.

Begitulah etika menjawab pertanyaan, yang diajarkan oleh Rasul yang mulia.

#satu pelajaran dari hadith kedua dari kitab arbain an Nawawi.