Dimensi Kebaikan
Secara naluri setiap manusia pasti suka terhadap kebaikan, karena memang sukakan kebaikan itu merupakan fitrah manusia. Sedangkan fitrah akan selalu condong kepada kebaikan, karena fitrah itu berasal dari Dzat Yang Maha Baik, Dzat Yang Menyukai kebaikan dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.
Begitulah Rasulullah saw mengajarkan kepada kita
sebagaimana sabdanya yang sangat berharga:
إن الله تعالى طيب لا يقبل إلا طيبا....
"Sesungguhnya الله swt baik, tidak menerima kecuali yang baik...". (H.R Muslim).
Begitu indahnya, kata-kata Ibnu Rajab ketika menafsirkan maksud لايقبال إلا طيبا (tidak menerima kecuali yang baik) beliau mengatakan "Seorang mukmin adalah orang yang baik secara keseluruhan; hatinya, lisannya dan jasadnya. Karena dalam hatinya terdapat keimanan, yang terpantul melalui bibirnya dengan dzikir, melalui anggota badannya dalam amal soleh, dan inilah buah dari keimanan".
Kebaikan (الطيبة) atau the goodness itu mempunyai beberapa dimensi.
Dimensi pertama, baik dalam hal makanan. Karena itulah Rasulullah saw mengingatkan kita perintah الله swt dalam ayat:
"Wahai para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal solehlah". (Q.S Al Mukminun: 51).
Begitupun dengan ayat:
يايهاالذين ءامنوا كلوا من طيبات مارزقنكم....
"Wahai orang-orang yang beriman, makan yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepadamu". (Q.S. Al Baqarah: 172).
Dimensi kedua, baik dalam amal perbuatan. Maksudnya, الله hanya akan menerima amal perbuatan yang baik. Amal yang dilandasi keikhlasan, bebas dari unsur riya', sombong dan yang sejenisnya.
Dimensi ketiga, baik dalam perkataan. Maksudnya, bahwa الله hanya menerima dan meridhai perkataan yang baik. Maka kita menjadi faham dengan maksud ayat:
إليه يصعد الكلام الطيب والعمل الصلح يرفعه...
"Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang soleh dinaikan-Nya.." (Q.S Fatir:10).
Dimensi keempat, baik dalam harta. Maksudnya, الله hanya akan menerima harta yang baik, yang bersih dari unsur-unsur yang diharamkan, baik haram dari segi dzatnya, maupun haram dari segi cara memperolehnya. Lihatlah betapa tegasnya penolakkan الله swt terhadap mereka yang dalam dirinya tercampur sesuatu yang haram. Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah saw bersabda: "Allah tidak akan menerima solat orang yang di dalam rongga dadanya terdapat barang yang haram".
Dimensi kelima, baik dalam keyakinan. Maksudnya الله swt hanya menerima orang-orang yang dalam kalbunya tertanam keyakinan atau keimanan yang baik. Yang terbebas dari sembarang unsur kesyirikan. Dan sungguh hanya orang-orang mukmin yang baik yang akan selamat di sisi الله. Sebagaimana ayat:
الذين تتوفهم الملئكة الطيبين...
"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan oleh Malaikat dalam keadaan baik..".(Q.S. An-Nahl : 32).
Begitulah dimensi kebaikan. Semoga kita menjadi mukmin yang baik dalam kesemua dimensi...
📚Pelalajaran dari hadits kesepuluh, Kitab Arbain An Nawawi...
@M.Abu Syahida
#semoga bermanfaat..
No comments:
Post a Comment