Sunday, December 9, 2012

~~~~~> Aku Hanya Menjalani Titah_NYA <~~~~~

       Dari sebuah sudut taman di salah satu kota tempatku bekerja,dia mulai bercerita yang di awali dengan bendungan airmata yg hampir menganak sungai di pipinya.
"Gak tau dhek,selalu belum lagi aku mampu berkata airmata ini setia mendahuluinya ketika aku mengingat perlakuannya padaku".
Aku hanya terdiam ku usap pundaknya berharap aliran kekuatan yg coba ku salurkan dapat meresaap melalui usapan itu dan menjadi kekuatan maha dahsyat yg akan memberinya ketegaran. "Kalau mbak gak ingin cerita aku juga tak akan memaksanya,tapi yg harus mbak tau mbak gak sendirian di dunia ini,Insya Allah ada jalan keluar dan hikmah mendalam,Allah selalu berada disisi kita khan mbak",kataku mencoba menenangkannya sambil menjulurkan tisu yg selalu ada dalam tas ku.
Sambil mengusam bulit bening yg akhirnya mengalir di pipinya ia pun mulai membuka suaranya.
Aku tak pernah membayangkan jalan hidupku akan seperti ini. Ketika aku masih SMU aku menikmati segalanya dengan indah,kala itu pertama aku mengenal yang namanya cinta,ya cinta pertama. Remaja kelas sebelah yang menyatakan cinta itu padaku setelah katnya sekian lama ia hanya bisa memperhatikanku dan terkadang sedikit berani dia melemparkan senyum termanisnya untuk ku. Itu masa yg paling indah ku rasa,masa remaja yg mulai jatuh cinta tapi ketakutan ketahuan orang tua.
Hanya selang  beberapa bulan kedekatan kami karena setelah lulus sekolah dia meneruskan kuliah di Bali dan aku sendiri melanjutkan di Malang. Keadaan memisahkan kita dan kita hanya berkomunikasi dg surat dan telfon,sesekali kalo kita libur semester kita pulang ke kota kami dan saat itulah kami bertemu tapi itu hanya bisa ku hitung jari,karena kami masing2 tenggelam dengan aktivitas perkuliahan dan jarang sekali pulang. Hingga suatu saat kondisi keluargaku sedikit mengalami kesulitan,kakak perempuanku telah meninah dan tinggal bersama suaminya,sedangkan aku dan kedua kakak laki2 semuanya masih duduk di bangku kuliah. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya keluarga memutskan untuk menunda kuliahku sampai tahun depan,terpaksa aku mengambil cuti kuliah tanpa batas waktu yg ditentukan.
Aku tak pernah berfikir ada maksud lain di balik penundaan kuliahku itu ,ternyata tanpa sepengetahuan ku aku hendak di jodohkan dengan laki2 yg belum ku kenal tapi rupanya dia telah lama mengenalku,maklun tak banyak yg kutau tentang orng2 disekitarku karena aku jarang bergaul,waktuku hany untuk belajar dan belajar,baca n baca buku jika ada waktu luang.
Bathinku menjerit seluruh keluargaku ternyata telah merencanakan perjodohan itu secara matang. Aku memutar otakku untuk bisa pergi sejauh mungkin dari rumah karena ahatiku telah terisi oleh teman SMU ku yg saat ini sedang berjuang menimba ilmu di Bali. Ku buang jauh rasa maluku,aku mengajak temanku untuk mendatangi rumah kekasihku dgn maksd meminta alamatnya di Bali. Kala itu pertama kalinya aku bertemu dg ibu kekasihku,entah maksdnya bercanda atau emang temanku itu yg suka ceplas ceplos dia perkenalkanku sebagai calon menantunya. Tanpa canggung Ibu kekasihku mendekatiku dan meraih tanganku lalu mengatakan "Benar,sudah siap menjadi menantu ibu ?",,,,,,,Deg,,rasaku bagai di iris,ada bahagia karena itulah harapanku tapi ada duka karena besok adalah pernikahanku dg laki2 pilihan orang tuaku. Aku terdiam sampai2 rencanaku untul mendapatkan alamat kekasihku gagal total. Aku marah,sedih dan gundah,,ingin rasanya aku ke Bali mencari nya tapi aku tak tau harus bagaimana,mengorbankan perasaanku atau kehormatan keluargaku. Aku sudah berkali2 mencoba kabur dari rumah namun pernikahan itu tetap di gelar juga.

7bulan kemudian,,,,aku baru bsa memenuhi kewajibanku sebagai seorang istri,setelah 7 bulan aku mempertahankannya karena aku sama sekali tak mengharapkan pernikahan ini. Hingga beberapa bulan kemudian Allah menitipkan janin di perutku aku mulai berusaha memberikan cintaku untuk suamiku dan melupakan kekasihku. Aku berhasil,,,,tapi entah setan dari mana yg merubah perangai suamiku,ia mulai suka memukulku bahkan dia menginjak perutku dan janin yg aku kandung pun gugur. Aku sedih hanya mampu meratap kenapa aku harus tinggal bersama singa berwujud manusia,,dia tak segan2 memukulku ,menjambak rambutku bahkan menendangku.
Ketika itu suamiku minggat dari rumah sementara aku ternyata sedang mengandung anaknya,sengajka ketika itu aku tak berani mengatkan pd suamiku,aku takut perutku di injak lagi. Tapi apa boleh buat rupanya upayaku menyelamatkan bayiku malah menimbulkan masalah baru,suamiku tak mengakui bayi itu adalah anaknya. Atas persetujuan keluarga akhirnya aku melapor ke ketua RT bahwa aku sedang mengandung ketika dia minggat dan dia pun menyetujui dan mengakuinya bahkan tanda tangan di atas materai bahwa yg ku kandung adalah anaknya. Masalh tak selesai sampai di situ dia malah meninggalkan aku yg sedang hamil tanpa tau kemana ia pergi. Hingga anakku lahir dia tak mengakuinya sbg anaknya bahkan mertuaku pun demikian. Bahkan hingga sekarang mereka berfikir itu anak kekasihku,,,astaghfirullah,,,


Bersambung,,,,,,,

No comments:

Post a Comment